Minggu, 31 Maret 2013

Altruisme Bab 1



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.Hal ini diperkuat dengan dalil Aristoteles yang mengatakan:  ‘Manusia itu Zoon Politicon yang artinya satu individu dengan individu lainnya saling membutuhkan satu sama lain sehingga keterkaitan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat’. Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai berbagai macam hak dan kewajiban. Begitu pula sebagai makhluk sosial, manusia hendaknya dapat menjaga hubungan baik dengan sesama, menumbuhkan rasa kepedulian sosial serta rasa kesetiakawanan. Karena dalam kehidupan, manusia selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Selain itu, manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda dan saling melengkapi. Oleh karena itu, manusia harus dapat bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk gotong royong, tolong menolong dan lain sebaginya. Namun dalam kenyataannya masyarakat kita banyak yang belum mengetahui hal tersebut. Saat ini adanya kecenderungan bahwa rasa kepedulian sosial masyarakat sudah semakin hilang, atau rendahnya sikap sosial dalam masyarakat. misalnya semakin sedikitnya individu yang mau menolong orang lain ketika ada bencana, jarang mengikuti kerja bakti lingkungan dan lain sebagainya.
Sikap berperan besar dalam kehidupan manusia. Artinya bahwa jika suatu sikap sudah dibentuk pada diri manusia maka sikap itu akan ikut menentukan cara berperilaku terhadap objek-objek di sekitarnya. Sikap merupakan predisposisi untuk merespon dan berperilaku. Sedangkan sosial adalah segala yang berkenaan dengan khalayak, berkenaan dengan masyarakat, berkenaan dengan umum, suka menolong dan memperhatikan orang lain. Agar manusia dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, maka manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Manusia mampu untuk hidup berkelompok dan didalam kelompok itu akanmengakibatkan timbulnya sikap sosial sebagai suatu yang dipegangi. Sebagai makhluk sosial manusia juga memiliki tabiat suka kerjasama dan bersaing sekligus. Misalnya jika dalam bekerjasama dan bersaing mereka berlaku fair (terbuka) maka harmoni sosial akan tercipta. Tetapi jika mereka bersaing secara tidak fair (tertutup) maka konflik antar manusia bisa terjadi. Sebagai mahluk sosial, manusia merindukan harmoni sosial (perdamaian) tetapi juga tak pernah berhenti dari konflik. Sebagai contoh dalam suatu kelompok masyarakat adanya sebuah aturan sebagai upaya menciptakan kedamaian, namun pada kenyataanya peraturan tersebut sering dilanggar dan akhirnya terjadi konflik seperti, adanya aturan untuk menjaga keamanan lingkungan (poskamling), namun aturan tersebut sering dilanggar dan mengakibatkan lingkungan menjadi tidak aman sehingga menimbulkan konflik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sikap dalam berinteraksi sosial.
Sikap sosial merupakan suatu factor penggerak  di dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu. Abu Ahmadi (2002: 163) menyatakan bahwa sikap sosial dapat diartikan sebagai kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial dan sikap pada umumnya itu mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama yaitu merupakan salah satu penggerak intern di dalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Misalnya saja sikap sosial seseorang dalam membantu korban bencana, secara tidak langsung sikap akan berpengaruh pada tingkah laku orang tersebut dalam berbuat sesuatu guna membantu korban bencana seperti melakukan penggalangan dana, bakti sosial, menjadi relawan dan lain sebagainya. Namun pada kenyataanya tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut. Kurangnya kesadaran individu terhadap pentingnya sikap sosial altruisme dapat di amati dalam hal berinteraksi dengan masyarakat, seperti jarang mengikuti kegiatan gotong royong, berkurangnya sikap tolong menolong, dan lain sebagainya.
Remaja merupakan anggota masyarakat yang memiliki peran penting dalam perkembangan masyarakat. Secara psikologi karakter remaja sering berubah-ubah (labil), dimana baru melalui masa dari anak-anak menuju ke taraf perkembangan dewasa, dalam arti sedang mengadakan penyesuaian diri. Remaja biasanya identik dengan para pelajar (SLTP/SLTA dan Mahasiswa). Sebagai pelajar, tentu remaja mendapatkan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang cukup. Dengan bekal pendidikan yang cukup, maka remaja tersebut mampu memberikan konstribusi secara nyata ilmu yang diperolehnya untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu konstribusi tersebut adalah sikap sosial remaja dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, remaja seharusnya mampu menunjukan contoh, sikap dan perilaku yang baik kepada masyarakat berkaitan dengan sikap sosial remaja terhadap masyarakat. Namun di era globalisasi saat ini, mengakibatkan munculnya gejala yang sangat memprihatinkan yaitu pendangkalan sikap sosial remaja. Pendangkalan sikap sosial remaja merupakan suatu proses sikap sosial yang mengalami pengurangan atau penurunan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya keberadaan telepon seluler (ponsel) saat ini jelas sangat membantu remaja dalam berkomunikasi dengan keluarga, teman dan orang lain. Bahkan, beberapa remaja mengakui bahwa mereka tidak bisa jauh dari telepon nir-kabel tersebut. Namun hal ini telah mengurangi sikap sosial dari sang pemakai. Artinya bahwa telepon seluler merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi sosial tetapi tidak secara langsung (face to face). Sehingga intensitas pertemuan semakin berkurang bahkan jarang dan mengakibatkan kurangnya sikap sosial secara nyata. Secara kasar dapat dikatakan bahwa ponsel membuat seseorang menjadi pribadi yang egois.
Remaja saat ini cenderung menjadi orang yang individualis. Sikap sosial altruisme dalam kehidupan bermasyarakat pada remaja, dirasa semakin berkurang hal ini dapat dilihat hampir diseluruh daerah di Indonesia. Baik terhadap keluarga, teman, masyarakat maupun lingkungan sekitar. Banyak remaja saat ini sudah mulai tidak memiliki rasa empati, misalnya banyak remaja yang jarang membantu orang yang sedang  tertimpa musibah, seperti tidak pernah melayat bila ada orang yang meninggal dunia, jarang memberikan sumbangan kepada korban musibah bencana alam dan lain sebagainya. Remaja juga sudah mulai tidak memiliki sikap altruis (mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi) seperti hilangnya sikap gotong royong,enggan mengikuti kerjabakti lingkungan dan lain sebagainya. Dalam setiap ajaran agama manapun juga ditekankan tentang altruisme, dimana kita harus saling menolong, saling mengasihi. Namun, pada zaman sekarang nilai yang begitu penting dan dapat menjadi dasar untuk membentuk suatu negara menjadi lebih baik sudah terkikis.Masyarakat khususnya remaja mulai melupakan dan meninggalkan nilai tersebut.Selain dari itu remajajuga sudah tidak memiliki sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, seperti dalam berteman teman atau berinteraksi sosial selalu membeda-bedakan suku, ras atau golongan, tidak menghormati dan menghargai perbedaan. Remaja-remaja juga sudah tidak memiliki sikap kooperatif terhadap sesama seperti kurangnya sikap kepedulian untuk menjaga lingkungan, kurangnya kesadaran dalam berorganisasi di lingkungan masyarakat dan lain sebaginya.
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui Sikap sosial Altruisme dalam kehidupan mermasyarakat pada remaja di dukuh Plemantung desa Sidomulyo kecamatan Bambanglipuro kabupaten Bantul.



B.     Identifikasi Masalah
1.      Semakin hilangnya rasa kepedulian dalam masyarakat
2.      Sering terjadinya konfik antar kelompok masyarakat
3.      Kurangnya kesadaran individu terhadap pentingnya sikap sosial altruisme.
4.      Semakin dangkalannya sikap menolong pada remaja
C.    Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih memfokuskan permasalahan yang akan dibahas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah bentuk- bentuk Sikap Sosial Altruisme dalam Kehidupan Bermasyarakat pada Remaja di dukuh Plemantung desa Sidomulyo kecamatan Bambanglipuro kabupaten Bantul
D.    Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang tercermin di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam kegiatan penelitian ini adalah apa bentuk-bentuk Sikap Sosial Altruisme dalam Kehidupan Bermasyarakat pada Remaja di dukuh Plemantung desa Sidomulyo kecamatan Bambanglipuro kabupaten Bantul.
E.     Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari pembatasan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui Sikap Sosial Altruisme dalam Kehidupan Bermasyarakat pada Remaja di dukuh Plemantung desa Sidomulyo kecamatan Bambanglipuro kabupaten Bantul.
F.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan:
1.      Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan teoritis, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan mengenai penerapan teori belajar dari Albert Bandura terhadap sikap sosial altruisme dalam kehidupan bermasyarakat sebagai wujud dari karakter bangsa.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi orang tua
Memberikan informasi kepada orang tua tentang kondisi sikap sosial remaja, Selanjutnya orang tua dapat mengantisipasi model pembinaan yang tepat untuk pembentukan sikap sosial atruisme yang diharapkan bagi pembangunan nasional
b.      Bagi remaja
1)      Agar remaja memiliki sikap sosialatruisme pada lingkungan sekitarnya.
2)      Agar remaja dapat memiliki sikap sosial atruisme yang tinggi.
c.       Bagi penulis
Agar mengetahui keadaan yang sesungguhnya tentang Sikap Sosial Altruisme dalam Kehidupan Bermasyarakat pada Remaja di dukuh Plemantung desa Sidomulyo kecamatan Bambanglipuro kabupaten Bantul.